Kegiatan PNPM-MP

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

Kegiatan PUSKESMAS

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

KNPI

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

KSU Warga Sejahtera

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

Pemuda Siaga Peduli Kesehatan

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

Peniliaian NAKES Teladan 2012

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

PPNI

Lihat pada Album Pemberdayaan Puskesmas - pemberdayaanpuskesmas.blogspot.com

Rabu, 26 Januari 2011

DEPKES : Target MDGs Bidang Kesehatan


JAKARTA - Kementerian kesehatan RI merilis laporan target Millenium Development Goals (MDG)-1 dibidang kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan kelaparan.

Target paling paling menentukan adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi Gizi Kurang telah menurun secara signifikan, dari 31.0 % pada tahun 1989 menjadi 17.9 % pada tahun 2010. Dalam pada itu prevalensi gizi buruk turun dari 12.8% pada tahun 1995 menjadi 4.9 % pada tahun 2010.

Menteri Kesehatan mengatakan, berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat melalui kegiatan yang mencakup peningkatan program ASI Ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, Taburia, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi garam serta tata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang.

Target MDG 4 terkait dengan penurunan kematian balita. Angka Kematian Balita, Bayi, dan Neonatal terus mengalami penurunan. Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000. 

Target MDGs 5 terkait dengan penurunan angka kematian ibu (AKI). Indikator AKI merupakan salah satu indikator yang diramalkan sulit dicapai. Tidak hanya di Indonesia akan tetapi di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir pada 2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan telah mencapai angka di atas 80 % dan terjadi peningkatan yang bermakna sejak tahun 1990. Cakupan persalinan yang tinggi dan yang memenuhi standar persalinan merupakan indikator proxy dari angka kematian ibu, jelas dr. Endang.

Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan memulai program Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu suatu paket program yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, posnatal dan Keluarga Berencana.

Untuk target MDG 6 yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS, TB, dan Malaria. Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010 sebanyak 15.275 orang. Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang. 

Strategi Pengendalian HIV/AIDS adalah : Penguatan Pokja AIDS sektor kesehatan, Penguatan kapasitas manajemen dan teknis program di semua tingkatan, Penguatan/pengembangan Sistem Informasi dan Surveilans, Pengembangan Kolaborasi TB-HIV, Penguatan Sistem Distribusi Logistik, Penerapan PITC (Provider Initiative Testing and Counseling), dan Pengembangan fasilitas layanan konseling, diagnostik dan pengobatan.

Angka penemuan Kasus TB (CDR), dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun 2015.

Angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual Parasite Incidence) menunjukan penurunan pada Periode Lima (5) tahun kebelakang s/d 2010 menjadi 1,58. Angka ini telah mendekati target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015.

Persentase rumah tangga yang akses terhadap sumber air minum diperdesaan terus mengalami peningkatan (Riskesdas, 2010). Jika trend penurunan ini dapat tetap terus dipertahankan, maka target MDGs 2015 akan tercapai, bahkan sebelum tahun 2015.



sumber : DEPKES: Target MDGs Bidang Kesehatan 

Kamis, 13 Januari 2011

Diare dan Cara Pencegahan


Diare adalah sindrome penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari.

Penyakit diare sebetulnya bukanlah penyakit yang berbahaya. Akan tetapi, jika diare tersebut terjadi secara terus-menerus disertai gejala lain, tentunya harus tetap waspada. Apalagi jika terjadi pada anak-anak yang alat pencernaannya masih rentan, hal tersebut dapat menyebabkan diare akut pada anak.

Diare dapat diartikan keluarnya kotoran encer yang terlalu sering. Pada bayi, keadaan tersebut perlu mendapat perhatian serius. Sedangkan pada anak-anak, umumnya hal itu tidak akan terlalu mengganggu kesehatannya jika ia mendapatkan cukup cairan selama diare berlangsung.

Penyebab diare pada umumnya adalah infeksi virus pada saluran pencernaan (gastroenteritis). Kebanyakan obat-obatan tidak terlalu banyak menolong sehingga tindakan yang terbaik adalah adalah membiarkan tubuh mengatasi infeksi itu sendiri.

Bagaimana Jika Anak Diare?

Untuk mengatasi diare atau infeksi virus pada saluran pencernaan (gastroenteritis) tersebut, kita dapat melakukan hal-hal berikut.

1. Memberinya banyak minum, 1 – 1,5 liter sehari. Memberikan larutan gula merupakan cara yang terbaik. Larutan gula (glukosa) dapat dibuat sendiri dengan cara mencampurkan 3 sendok teh ke dalam 200 ml air matang. Atau dengan sekantung sachet glukosa dan puyer mineral yang bisa diperoleh di apotek.
2. Selain larutan glukosa, kita juga bisa memberikan sari buah yang tidak mengandung gula.
3. Jika si anak muntah, beri minum sedikit (30-60 ml) setiap jam.
4. Jangan dulu memberinya susu, yoghurt, atau keju selama satu minggu.
5. Jika ia mengalami sakit perut, dekapkan bungkusan botol air panas di perutnya untuk meredakan rasa sakit.
6. Jika diare pada anak terjadi terus-menerus selama 48 jam, kita harus segera membawanya ke dokter.

Apa Saja Penyebab Diare?

Selain infeksi virus pada saluran pencernaan, diare pada anak pun dapat disebabkan oleh kondisi psikologis anak. Perasaan terlalu senang atau terlalu cemas dapat menimbulkan diare. Gejala ini dapat hilang sendiri tanpa harus ada perawatan khusus.

Diare dapat disebabkan pula oleh alergi. Meskipun alergi sering dikaitkan dengan penyakit asma, eksim, dan demam-bersin, namun dalam beberapa kasus, diare dapat ditimbulkan karena alergi makanan tertentu. Si anak cenderung alergi jika salah seorang atau kedua orangtuanya juga pengidap alergi.

Susu formula sering menjadi penyebab alergi pada anak yang kemudian menimbulkan diare. Makanan lain yang dapat menimbulkan alergi adalah ikan, telur, serta bahan-bahan pewarna dan pengawet.

Cara penanggulangan terbaik dari alergi makanan pada anak adalah menghindarkan makanan penyebab alergi untuk dikonsumsi anak. Kalau si anak tidak cocok dengan susu formula tertentu, kita dapat menggantinya dengan yang lebih sesuai. Namun, agak sulit ditanggulangi jika anak alergi terhadap berbagai jenis makanan.

Pencegahan Penularan Infeksi

Jika ada anggota keluarga yang terserang infeksi virus pada saluran pencernaan (gastroenteritis), cegahlah penularan dengan langkah-langkah berikut.

1. Cuci bersih tangan setiap kali selesai dari kakus dan sebelum menyiapkan makanan.
2. Pisahkan pakaian handuk, serbet, dan saputangan dari orang lain.